Banyak
orang terperangah, ketika Ketua Komite Nobel Norwegia Thorbjoern Jagland,
mengumumkan bahwa peraih Nobel Perdamaian 2012 adalah Uni Eropa. Komite itu
mengatakan Uni Eropa (UE) layak menerima penghargaan tersebut atas upayanya
mempromosikan perdamaian dan demokrasi di Eropa.
Kepala
Parlemen Eropa Martin Schulz mengatakan di Twitter, dia “sangat tersentuh,
mendapat kehormatan…….UE adalah rekonsiliasi. Itu bisa menjadi inspirasi”.
Karya UE menurut Jangland, merepresentasikan “persaudaraan antarbangsa”, yang
memenuhi kriteria Hadiah Perdamaian seperti yang disebutkan Alfred Nobel dalam
surat wasiatnya tahun1895.
Kamis,
11 November 2012 sekitar pukul 11.30 siang pekan lalu, Elizabeth Shinta, Razan
Izazi, dan Anggita Muslimah menemui seorang Professor Hubungan Internasional di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Gedung 5, Universitas Parahyangan. Bob Sugeng Hadiwinata, yang ditemui di ruang
kerjanya, banyak bercerita dan mengemukakan pendapatnya mengenai perdamaian dan
tanggapan-tanggapannya Nobel Perdamaian.
Apa
arti perdamaian menurut Anda?
Secara
konsep itu, peace ada dua macam. Positive peace dan negative peace, yang kita tahu sekarang adalah negative peace dimana perdamaian tercipta karena orang takut pada
tekanan internasional, hukum internasional, komunitas internasional, dan
lainnya. Yang idealya kita menjalankan positive
peace, jadi orang menyerang orang lain tidak berdasarkan motivasi atau
emosi semata.
Apakah
Indonesia sudah menganut arti perdamaian yang diartikan oleh Anda?
Saya
kira banyak, terutama cara kita mendekati, seringkali kita meminimalisir
dampak-dampak buruk konflik dengan manajemen saja, tanpa upaya yang lebih
serius lagi dalam mengeliminasi konflik yang ada. Misalnya, banyak
konflik-konflik yang terjadi dan diselesaikan oleh pemerintah kita. Ada tiga
cara penyelesaian konflik, peace making,
peace keeping, dan peace building. Kita hanya berhenti pada
peace making dan peace keeping, tetapi peace
building nya belum dijalankan atau artinya pemulihan setelah konfliknya
belum ada.
Ada
pernyataan dari salah satu surat kabar di Indonesia, yang mengatakan “Indonesia
Pencipta Perdamaian”, apakah Anda setuju dengan pernyataan tersebut?
Secara
retorik pernyataan tersebut betul. Tapi, kalau kita lihat realitasnya,
pertikaian tidak bisa dihindarkan, upaya kita juga dalam menyelesaikan konflik
tidak pernah tuntas.
Bagaimana
peran anak muda zaman sekarang terhadap perdamaian di Indonesia?
Anak
muda zaman sekarang tidak bisa dituntut terlalu banyak perubahan, paling tidak
mereka menyadari bahwa peace extremely
very important.
Bagaimana
tanggapan Anda, atas terpilihnya Uni Eropa sebagai peraih Nobel Perdamaian tahun
2012 ini?
Saya
tidak melihat inisiatif dan upaya yang konkret dari Uni Eropa dalam menegakkan
perdamaian.
Jadi,
menurut Anda, Apa yang menyebabkan Uni Eropa bisa terpilih?
Bisa
jadi karena image yang diciptakan
oleh Uni Eropa, karena mereka sangat konsisten dalam menegakkan perdamaian di
manapun di dunia. Mungkin juga salah satu penilaian mereka cara pendekatan Uni
Eropa ke Timur Tengah. Menurut saya, seharusnya orang-orang yang terpilih
sebagai peraih Nobel Perdamaian itu, berasal dari orang-orang lapangan, di
tempat konflik itu terjadi. Saya kira itu lebih baik, daripada orang-orang di
balik layar.
Banyak
tokoh-tokoh negara di dunia sudah mendapatkan beberapa penghargaan Nobel.
Menurut Anda, mengapa sampai saat ini tokoh-tokoh atau ilmuwan di Indonesia
belum bisa mendapatkan Nobel?
Ada
yang mendekati dan hampir terpilih menjadi peraih Nobel seperti, Pramoedya
Ananta Toer dalam bidang Sastra, tetapi karena beban politik yang ada pada
beliau, membuat beliau tidak terpilih.
Seorang
ilmuwan atau tokoh, jika ingin mendapatkan penghargaan Nobel atas karya yang
telah dibuatnya harus didukung dengan institusi-intitusi sains dan pendanaan
dari Negara itu sendiri . Menurut Anda, sudah adakah dukungan pemerintah
Indonesia untuk para ilmuwan dan tokoh untuk mengarah ke penghargaan Nobel?
Untuk
sementara ini sepertinya belum karena banyak upaya-upaya intelektual untuk
membangun perdamaian. Ada salah satu tokoh dari Universitas Indonesia (UI) yang
dengan susah payah membangun perdamaian di Ambon dan harus terhenti karena
masalah pendanaan yang kurang. Hal itu tidak terlepas dari komitmen pemerintah
Indonesia yang kurang.
Adakah
ambisi dari Anda untuk meraih penghargaan Nobel?
Itu
boleh saja. Tapi terkadang dalam Nobel itu ada unsur-unsur yang di luar dugaan
kita. Intelektualitas semata saya kira tidak cukup, tapi dampak realitas dalam
masyarakat juga harus ada. Dan yang paling utama adalah adanya dukungan dari
pemerintah terlebih dahulu.
Apa
saja kriteria untuk mendapatkan penghargaan Nobel terutama pada bidang
perdamaian?
Pertama,
upaya yang konkret dalam menegakkan perdamaian di berbagai tempat di dunia ini.
Sekarang ini kriteria yang paling jelas, bagaimana orang atau lembaga bisa
melakukan suatu upaya yang bisa menghindari korban manusia yang besar.
Kalau
menurut Anda, Siapakah tokoh di Indonesia yang mungkin meraih penghargaan Nobel
di bidang perdamaian?
Saya
sempat berpikir, kalau Munir itu masih hidup, mungkin dia pantas untuk mendapatkan
penghargaan Nobel pada kategori perdamaian. Saya kira dia sangat berpotensi
dalam Nobel.
Bagaimana
tanggapan anda tentang bentrok di Lampung yang baru-baru ini terjadi?
Kita
dalam penyelesaian konflik itu tidak pernah tuntas, di dalam peace building kita tidak pernah
menggarap dengan baik. Jadi begini, ketika pertikaian telah selesai kita
menganggap pertikaian itu sudah selesai seluruhnya, tetapi kenyataannya itu
belum. Hubungan komunikasi antar masyarakat yang pernah berkonflik itu tidak
pernah normal lagi dan itu yang harus kita pulihkan.
Menurut
Anda, Negara mana yang pantas menjadi acuan dan motivasi Indonesia dalam hal
perdamaian?
Negara
yang bisa menjadi acuan katakanlah Kanada. Kanada adalah salah satu Negara middle power, bukan super power.
Mengapa
Kanada pantas menjadi acuan bagi Indonesia?
Negara
ini inisiatifnya cukup tinggi, ketika mereka menginisiasi supaya kita dalam
dunia internasional menolak penggunaan ranjau darat dalam perang dan harus
dihindarkan untuk perang apapun.
Sistem
yang ada dalam PBB sekarang menurut Kanada terlalu lambat dan tidak pernah
“muncul”. Akhirnya, Kanada berinisiatif untuk membentuk suatu prinsip, dimana
Kanada mengumpulkan banyak Negara di dunia ini, untuk menyetujui suatu prinsip
yang disebut Responsibility To Protect (RtoP).
Jadi, kalau ada kerusuhan di suatu Negara, pemerintahnya tidak bisa mengatasi
situasi, dan banyak manusia terutama orang sipil terancam, disitulah kita harus
melakukan intervensi, tanpa diminta pun kita harus mengirim pasukan tanpa
melewati dewan keamanan PBB.
Peran-peran
seperti itulah yang kita inginkan, Indonesia juga bisa melakukan hal seperti
itu. Terutama di tingkat Asia Tenggara. Saya rasa kita harus banyak belajar
dari Kanada.
Apakah
Pemerintah Indonesia sudah fokus dalam menangani kasus di Negaranya sendiri?
Karena, seperti yang saya lihat Indonesia banyak mengirimkan pasuka-pasukan
perdamaian ke Negara-negara konflik di dunia, sedangkan di Indonesia sendiri
apakah ada pasukan seperti itu?
Saya
pikir tidak adil kalau kita mengatakan bahwa pemerintah tidak fokus dalam
menangani perdamaian di Negaranya sendiri. Mungkin, metodenya saja yang belum
tepat dan kurang tuntas.
Seperti
apa metode yang tepat itu?
Metode
yang tepat adalah pemahaman terhadap konflik yang bagus. Sebelum kita
menyelesaikan suatu konflik itu, kita harus memahami dulu konflik apa yang
sebenarnya terjadi pada saat itu, barulah kita dapat menyelesaikannya.
Apa
harapan Anda untuk perdamaian di Indonesia maupun di seluruh dunia kedepannya?
Saya
harap kita bisa hidup dengan nyaman. Jadi, pemerintah Indonesia harus berupaya
keras dalam menyelesaikan konflik. Ketika ada pertikaian terjadi, selesaikanlah
sampai tuntas masalah tersebut, tidak berhenti pada peace making dan peace
keeping saja tetapi peace building
nya harus dijalankan juga. Artinya, memulihkan komunikasi antar masyarakat yang
berkonflik kembali ke normal dan menghilangkan trauma-trauma yang terjadi pasca
konflik dan perlunya ahli-ahli psikologi dan komunikasi dalam hal ini. (Elizabeth Shinta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar