Tepat tanggal 12 Oktober 2012, Komite
Nobel Norwegia memutuskan memberikan
penghargaan Nobel Perdamaian kepada Uni Eropa atas peranannya menjaga
perdamaian di kawasan benua biru tersebut. Sayangnya, keputusan Komite Nobel
tersebut disambut dengan berbagai kritikan karena dianggap kurang tepat
mengingat kondisi negara-negara benua biru tersebut sedang dilanda krisis
ekonomi yang hebat.
Menurut Wakil Dekan 1 Bidang Akademik
& Kemahasiswan Fisip Unpar, Dr. Yulius Purwadi Hermawan, Drs, M.A., Ph.D,. Kontroversi
seperti ini akan terus berlanjut karena sifat penghargaan Nobel itu sendiri
yang misterius. “Saya mencoba memahami filsafat dibelakang pemberian Nobel Prize yang selalu misterius, tapi
satu hal yang kita pahami adalah jasa mereka untuk mendorong perdamaian dunia,”
ucapnya. Wawancara ini dilakukan pada hari Senin (5/11) di ruang Wakil Dekan 1
Bidang Akademik & Kemahasiswaan Fisip Unpar, Jl. Ciumbuleuit
No. 94, Bandung pukul 10.14 WIB. Dengan santai sambil dibumbui beberapa guyonan kritis, ia menjawab
pertanyaan yang saya berikan.
Bagaimana pendapat Anda mengenai terpilihnya Uni Eropa
sebagai peraih Nobel Perdamaian 2012?
Saya mungkin agak bersepakat dengan diberikannya Nobel Prize kepada Uni Eropa. Mereka sudah 60 tahun sejak
tahun 1950-an memperjuangkan perdamaian paling tidak di Eropa. Uni Eropa lahir
dari sebuah impian pasca perang dunia ke-II yang impiannya simple, yaitu jangan sampai terjadi perang dunia
ke-III.Dan jika kita melihat kembali sejarah, terbukti perang dunia ke-III
tidak terjadi.Dalam hal ini saya kira cukup beralasan bila Uni Eropa diberikan
pengharagaan tersebut.
Apakah ini suatu keputusan yang tepat mengingat kondisi
negara-negara anggota Uni Eropa sendiri yang saat ini sedang dilanda krisis
ekonomi?
Kalau kita melihat pemilihan siapa pemenang Nobel Prize, itu juga ada unsur politis.Jadi tidak harus
seseorang yang sudah menyelesaikan atau berjasa menyelesaikan perdamaian. Bisa
saja itu dimaksudkan untuk mendorong proses penciptaan perdamaian menjadi lebih
panjang. Contoh, ketika tokoh-tokoh dari Timor Leste menerima hadiah tersebut
tahun 1996. Pada saat itu masa depan Timor Leste kan belum jelas. Tapi ada satu
hal yang diharapkan dengan pemberian hadiah nobel ini. Adalah tujuannya
tercapai, dan akhirnya Timor Leste mencapai perdamaian dengan sega
konsekuensinya lepas dari Indonesia
Terkait dengan Uni Eropa, memang tugas
mereka belum selesai.Masih ada konflik internal disetiap anggota Uni Eropa.Kita
lihat di Spanyol ada Basque, di Inggris bahkan ada Irlandia dan Skotlandia.Tapi
dengan mendapat hadiah ini dorongan untuk menuntaskan konflik tersebut semakin
besar. Dan untuk masalah krisis ekonomi pun berlaku sama.
Menurut wasiat Alfred nobel, seharusnya
penghargaan nobel perdamaian diberikan kepada pihak-pihak yang berjuang untuk
mewujudkan perdamaian antar bangsa-bangsa dan bukan di wilayahnya sendiri,
tanggapan Anda mengenai hal tersebut?
Ini yang saya sebut misteri dari
penghargaan itu, ditentukan oleh sekelompok komite yang alasanya persisnya kita
tidak tahu. Namanya perdamian dunia itu kan bukan sekedar perdamaian wilayah,
tetapi kalau saya mencoba memahami keputusan komite Nobel. Perdamaian global
kan dimulai dari perdamaian wilayah. Dan menurut saya komite Nobel juga sudah
melihat peran Uni Eropa yang sifatnya sudah global.misalnya yang terakhir Uni
Eropa teriak-teriak tentang masalah Rohingya di Myanmar.Ini membuktikan bahwa
Uni Eropa sudah menjadi aktor global.Di afghanista Uni Eropa juga berperan
dalam reformasi kepolisian.
Apakah keputusan yang dibuat oleh Komite
Nobel ini mencederai semangat perdamaian yang dimaksud Alfred Nobel?
Saya tidak tahu persis apakah ini mencederai
atau tidak.Mungkin dari berbagai pertimbangan kemaenagan ini yang dinilai tidak
mencederai wasiat tersebut.
Kontroversi seperti ini pun pernah
terjadi ketika Barack Obama meraih penghargaan Nobel perdamaian pada tahaun
2009, apakah ini menandakan adanya penurunan kredibilitas pada komite nobel itu
sendiri?
Sejauh dia masih konsisten dengan visi
dan misi pemikiran Alfred,is okey.
Adakah indikasi permaianan politis dalam
kemenagan Uni Eropa sebagai peraih nobel perdamaian tahun ini?
Yang Uni Eropa saya tidak tahu, tapi
untuk yang laian, saya rasa ada.Contohnya seperti yang saya sebut tadi di Timor
Leste.Politis kalau tokohnya kontroversial.
Apa pandangan Anda tentang ditolaknya
pengajuan Turki sebagai anggota Uni Eropa?
Pertama ini memang haknya Uni
Eropa.Argument resmi kenapa ditolak memang karena belum siap. Kesiapan itu
dilihat dari beberapa indikator seperti ekonomi dan sistem politiknya, lalu
kesiapan menyususn kebijakan luar negeri
bersama Uni Eropa. Terkait Turki ini menjadi kontroversi dengan status
“muslim-nya” sedangak kebanyakan anggota uni Erpa yang lain adalah “Kristen”. Ini menjadi
isu dikalangan internasional, bagaimana mungkin negara yang berbeda ideologi
dan agama bisa bersatu. Tapi kalu kita melihat objektif, apakah bergabungnya
turki secara ekonomi tidak menggangu perekonomian Uni Eropa secara eseluruhan.
Tapi dengan status Turki sebagai calon anggota itu sudah cukup menunjukanadanya
itikad baik dari Uni Eropa terhadap isu ini.
Menurut
Anda, apakah negara-negara anggota Uni Eropa sudah menerapkan azaz hak asasi
manusia secara nyata?
Konsep hak asasi
manusia itu adalah konsep yang berkembang.Uni Eropa juga berkembang, tapi
sebagai divusi regional, saya kira Uni Eropa mempunyai konvensi hak asasi
manusia yang cukup maju.Ini menjadi
foundamental jati diri Uni Eropa yaitu value
comma value.
Adakah
kebijakan-kebijakan Uni Eropa yang berdampak kepada indonesia?
Ada. Pertama adalah
ketika Uni Eropa menyikapi kasus Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh, Uni Eropa
bersama ASEAN bersama-sama membangun ASEAN
Monitoring Mission (AMM). Dan Uni Eropa juga cukup serius menyikapi hal
tersebut terbukti dengan beberapa sumbagan dana yang digunakan sebagai pelerai
konflik tersebut. kedua, saat terjadi tsunami. Uni Eropa cukup serius membantu
Indonesia melalui bantuan dana-dana sebagai pembangunan Aceh pasca tsunami.
Sejak
diselenggarakannya penghargaanini pada tahun 1901, belum pernah ada tokoh atau
organisasi dari Indonesia yang berhasil mendapatkan penghargaan nobel khususnya
di bidang perdamaian, menurut Anda mengapa hal itu bisa terjadi?
Pertama, ada orangnya tidak Indonesia
yang mempunyai impact global .mungkin
kita bisa menyebut nama-nama seperti Soekarno, Soeharto, serta Gus Dur. Dan
mungkin komite melihat belum ada yang
layak dari Indonesia. Dan kita bisa berkaca mungkin mereka benar.
Susilo
Bambang Yudhoyono pada tahun 2006 pernah masuk kedalam nominator peraih nobel
perdamaian, tetapi akhirnya penghargaan tersebut jatuh kepada Muhammad Yunus.
Pandangan Anda mengenai hal tersebut?
Grameen Bank itu kan
popularitasnya sudah luar bisa dan menjadi pendekatan baru untuk pemberdayaan
ekonomi masyarakat. Saya kira tidak salah pada tahun tersebut Muhammad Yunus
yang menjadi pemenangnya.
Adakah tokoh
di Indonesiayang saat ini menurut Anda layak mendapatkan Nobel khususnya
dibidang perdamaian?
Sulit. Orang seperti
Jusuf kalla serta Gus Dursaya kira masih mempunyai beberapa kekurangan untuk
bisa mendapatkan penghargaan nobel ini. Barangkali
yang jadi permasalahan adalah di Indonesia belum ada tokoh serta organisasi yang mempunyai impact global.. Tapi saya berpikir
begini, ada orang cocok atau tidak cocok buat saya yang penting ia punya
komitmen untuk proses perdamaian paling tidak di negeri ini tanpa harus
memikirkan memenang hadiah Nobel. Itu namanya intensional. Pahlawan itu lahir
dari sebuah situasi dima ia merasa terpanggil untuk melakuak itu, tanpa ada
pamrih.
Menurut kacamata Anda, apakah Indonesia
cukup aktif berkontribusi dalam menjaga perdamaian di kawasan ASEAN?
Saya sebagai orang yang sedang
mempelajari hal tersebut saya melihat sudah lumayan walupun belum maksimal. Ada
yang dilakuakan indonesia dengan kekuatan indonesia sendiri. Misalnya, ketika
konflik Thailand dengan kamboja , perwakilan kita rajin bertemu dengan pemimpin
kedua negara tersebut. lalu kemudian di konflik Laut Cina Selatan. (Nurjiyanto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar