Penemuan
keluarga reseptor pintar mengantarkan dua pakar biomolekuler, Robert J.
Lefkowitz dan Brian K. Kobilka, meraih hadiah Nobel Kimia 2012. Keduanya
berhasil meneliti cara kerja reseptor, yaitu sel atau saraf penerima rangsangan
yang berperan penting bagi setiap sel dalam tubuh manusia.
Dalam
wawancara kali ini dengan seorang anggota kelompok keahlian biokimia, Dr. Made
Puspa Sari Widyastuti yang juga mengajar sebagai staf pengajar di FMIPA ITB,
membicarakan mengenai hasil peraiahan nobel 2012 tersebut dengan perkembangan
ilmuwan kimia di Indonesia saat ini. Kegiatannya selain mengajar beliau juga meneliti
dengan konsentrasi di bagian bioenergy. Sambil berbicara santai mengenai
protein G reseptor di koridor lantai tiga Gedung Kimia, ITB pukul 11.20 WIB
saya Febianca Putri dan Damianus Andreas sebagai juru foto mewawancarai beliau.
Bagaimana menurut Anda
perkembangan ilmuwan kimia di Indonesia saat ini?
Sudah cukup baik. Tetapi dibandingkan
dengan negara tetangga, misalnya Malaysia, masih kurang ya.. tetapi jika
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya sudah lebih baik, dalam arti ilmuwan
sudah mulai berperan seperti dalam industri dalam kebijakan meskipun porsinya
masih sangat kecil.
Berapa jumlah ilmuwan kimia
yang ada di Indonesia?
Berbicara jumlah ilmuwan, misalkan definisi
dari ilmuwan itukan orang yang menekuni bidang kimia itukan banyak sekali. Bayangkan
saja universitas di Indonesia setiap tahun mengeluarkan sarjana kimia dan
sarjana tersebut sudah dapat di bilang sebagai ilmuwan.
Bagaimana dengan praktisinya?
Ya itu.. jadi kalau dia bekerja di
bidang industri tetapi juga masih menekuni bidang kimianya itukan juga banyak
sekali.
Tanggapan Anda mengenai
peraihan nobel 2012?
Pertama, penghargaan nobel itu kan merupakan
penghargaan terhadap orang yang berdedikasi dalam perkembangan ilmu
pengetahuan. Bagi kita yang bekerja sebagai peneliti maka itu merupakan hadiah
utama yang ingin diraih oleh semua peneliti. Karena dia adalah puncaknya,
peraihan yang diberikan oleh Alfred Nobel itu sangat diseleksi lebih bukan
kepada kepintaran sang peneliti, karena pasti ilmuwan pintar-pintar, tetapi
lebih kepada manfaat nya terhadap manusia atau dunia. Kedua pemenang nobel
kimia itu memulai penelitiannya mengenai protein-G-reseptor sudah lama,
Lefkowitz orang yang pertama kali menemukan dan Kobilka baru masuk menjadi
anggota penelitian sekitar tahun 80-an.
Apa pendapat Anda mengenai
hasil penelitian dua ilmuwan tersebut?
Hasil penelitian itu sangat penting ya
karena protein G reseptor ini diduga sekarang berperan untuk kesehatan. Jadi, G
reseptor ini sebagai penerima sinyal dari luar, sinyal apa pun. Kalau kita
punya indera artinya kan kita menerima sinyal dari luar. Kalau mata menerima
cahaya, kalau kulit menerima peraba, kemudia lidah itu dari perasa, hidung itu
bau, jadi itu semua yang bekerja adalah protein G reseptor. Termasuk apabila
kita merasa sakit atau alergi itu semua yang menerima G reseptor. Jadi jumlah
itu semua ada banyak, ribuan. Tapi dia itu satu famili (keluarga) karena
fungsinya memang untuk menerima sinyal dari luar. Nah, sekarang dikatakan
sebagai obat itu bekerjanya karena dia menempel pada protein G reseptor. Jadi
penelitian sebagai G reseptor yaitu bagaimana dia bekerja itu akan membentuk
pekerjaan farmasi secara modern.
Jika berbicara mengenai
obat-obatan apa hubungannya dengan bidang kimia?
Mengapa di kimia? Karena ia
menelitinya secara molekuler. Walaupun hubungannya memang secara kesehatan
tetapi dia melihatnya secara molekul. Dan kita kimia itu memang bekerja secara
molekul, itu membuat adanya biokimia. Jadi biokimia itu adalah ilmu
yangmempelajari senyawa-senyawa kimia yang ada di makhluk hidup seperti
interaksi dan reaksinya.
Apakah hasil penelitian
tersebut dapat diterapkan di Indonesia?
Bisa saja. Intinya adalah ilmunya yang
sudah ada. Jadi orang-orang sekarang sudah tau mekanismenya seperti apa
meskipun harus dipelajari terlebih dahulu.
Penelitian
pada saat ini sudah mulai maju dan dari reseptor tersebut ada pengaruhnya
dengan radioaktif. apakah ada efek saat menggunakan radioaktif?
Awalnya, pada tahun 1960-an teknologi
yang paling baik untuk digunakan pada saat itu adalah radio. Jadi gini kalo
kimia itu seperti detektif karena kita melacak dan tidak bisa melihat
molekulnya yang kecil sekali. Radio itu berbeda dengan yang lain dia bisa di
lacak. Namun, sekarang Kobilka sudah tidak lagi menggunakan hal itu, karena
orang zaman sekarang sudah menghindari radiasi yang datang dari radio karena
relative berbahaya dan memberika efek yang kurang baik. Walaupun ada
pencegahannya.
Apakah radioaktif memiliki
pengaruh besar?
Besar pada saat itu besar karena kita
bisa melacak, tetapi sekarang kita telah memliki teknologi lain untuk melakukan
itu dengan menggunakan florenseik.
Apa kegunaan G protein
reseptor tersebut di dalam kimia?
Kimia itu luas. Jadi tidak bisa
mengklasifikasikan kesehatan dan kimia. Dia mempelajari segala macam reaksi dan
molekul. Biokimia itu sorang yang bekerja pada makhluk hidup. Pada saat kita
bekerja pada makhluk hidup pasti akan berhubungan dengan kesehatan. Jadi kimia,
biokimia, itu sangat berdekatan dengan kesehatan. Itu sebabnya di sini (ITB)
terdapat mata kuliah pilihan biomedis.
Rangsangan seperti apa yang
dapat diterima oleh reseptor ini?
Macam-macam. Seperti cahaya, bau,
rasa, dan jika Anda tahu adrenalin. segala macam, jadi yang mendeteksi itu
reseptor. Uniknya, yang mendeteksi cahaya di retina yang mendeteksi rasa di
lidah itu G reseptor tetapi molekul nya berbeda. Sebetulnya reseptor itu
memiliki bagian pengenal yang kita sebut dengan signal, kemudia bagian yang harusnya melakukan sesuatu. Jadi
bentuknya sama, bagian yang menerimanya berbeda nanti di mengirimkan ke dalam
nya berbeda-beda. Jadi, jika di dalam perusahaan reseptor ini bagaikan customer
service nya. Dia di depan dan melalui pemilihan terlebih dahulu untuk
sebelumnya masuk lagi ke dalam ruangan yang lain. Kira-kira seperti itulah
sistemnya.
Pemenang
nobel kebanyakan berasal dari bagian Amerika dan Eropa. Melihat daya saing negara
maju tersebut, apa yang dibutuhkan ilmuwan kimia di Indonesia untuk dapat
menandingi para ilmuwan tersebut?
Ehm.. sebetulnya orang Indonesia jika kita melihat sumber daya, lab-lab besar
dipenuhi oleh kimiawan Indonesia. Jadi banyak sekali lulusan di Indonesia
khususnya di ITB lalu ia mendapatkan beasiswa berkesempatan di luar negeri dan
bekerja di luar negeri. Sumber dayanya bagus dan digunakan tetapi dia tidak
bisa membawa nama Indonesia. Untuk itu perlu kerjasama dengan banyak pihak
karena jika ingin memulai penelititan kita membutuhkan dana yang banyak itu
sudah pasti aehingga dananya pun dapat digunakan untuk membangun fasilitas
juga. Sedangkan negara kita masih berkutat di bidang kesehatan dan lapangan
pekerjaan tidak banyak, masih berputar-putar disitu ya. Jadi, kalau
mengharapkan dana di alokasikan untuk penelitian mungkin nanti akan ada yang
marah.
Sejauh ini adakah peran dari
pemerintah Indonesia untuk membantu para ilmuwan?
Ada. Bahkan itu biasanya dananya
secara umum berasal dari luar lebih tepatnya, seperti dari World Bank. Namun,
sekarang dapat saya katakan sudah lebih baik walaupun tidak dapat membantu
banyak.
Harapan Anda terhadap ilmuwan
kimia di Indonesia?
Harapannya adalah pertama tidak cepat
menyerah walaupun dengan segala keterbatasan yang ada di Indonesia. Kemudian
lembaga yang ada di luat negeri
dapat
dengan baik menjalin kerjasama dengan yang ada di luar negeri. Harus kita akui
bahwa Indonesia memiliki sumber daya yang cukup baik dan hanya itu yang kita
punya saat ini. Kalau kita tidak dapat melakukannya di dalem negeri maka kita
melakukan kerja sama, sebagian kita memperlajari di dalam negeri dan apabila
ada sesuatu yang tidak dapat maka akan dibawa keluat negeri.
Apa Anda memiliki ambisi untuk
meraih nobel?
Ya, semua ilmuwan pasti memiliki keinginan
untu memenangkan hadiah nobel tersebut. Mungkin kalo ditanya seberapa persen
keinginannya masih tidak besar gitu ya karena saya masih berkecimpung
disini(ITB) kecuali saya keluar dari Indonesia dan bekerja di salah satu lab.
Apakah ada penelitian yang
sedang Anda teliti?
Saya sekarang sedang
menekuni bioenergy, jadi bagaimana dapat mengganitikan bahan bakar ketika
nantinya akan habis. Mudah-mudahan kita dapat berperan disitu menyelesaikan
masalah bangsa terlebih dahulu dan menyelesaikan pemasalahan di dalam negeri
baru pergi ke luar negeri. (Febianca Putri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar