Kamis, 08 November 2012

Dr. Made Puspa Sari Widyastuti: Kimia itu Seperti Detektif



Penemuan keluarga reseptor pintar mengantarkan dua pakar biomolekuler, Robert J. Lefkowitz dan Brian K. Kobilka, meraih hadiah Nobel Kimia 2012. Keduanya berhasil meneliti cara kerja reseptor, yaitu sel atau saraf penerima rangsangan yang berperan penting bagi setiap sel dalam tubuh manusia.

Dalam wawancara kali ini dengan seorang anggota kelompok keahlian biokimia, Dr. Made Puspa Sari Widyastuti yang juga mengajar sebagai staf pengajar di FMIPA ITB, membicarakan mengenai hasil peraiahan nobel 2012 tersebut dengan perkembangan ilmuwan kimia di Indonesia saat ini. Kegiatannya selain mengajar beliau juga meneliti dengan konsentrasi di bagian bioenergy. Sambil berbicara santai mengenai protein G reseptor di koridor lantai tiga Gedung Kimia, ITB pukul 11.20 WIB saya Febianca Putri dan Damianus Andreas sebagai juru foto mewawancarai beliau.

Bagaimana menurut Anda perkembangan ilmuwan kimia di Indonesia saat ini?
Sudah cukup baik. Tetapi dibandingkan dengan negara tetangga, misalnya Malaysia, masih kurang ya.. tetapi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya sudah lebih baik, dalam arti ilmuwan sudah mulai berperan seperti dalam industri dalam kebijakan meskipun porsinya masih sangat kecil.
Berapa jumlah ilmuwan kimia yang ada di Indonesia?
Berbicara jumlah ilmuwan, misalkan definisi dari ilmuwan itukan orang yang menekuni bidang kimia itukan banyak sekali. Bayangkan saja universitas di Indonesia setiap tahun mengeluarkan sarjana kimia dan sarjana tersebut sudah dapat di bilang sebagai ilmuwan.


Bagaimana dengan praktisinya?
Ya itu.. jadi kalau dia bekerja di bidang industri tetapi juga masih menekuni bidang kimianya itukan juga banyak sekali.
Tanggapan Anda mengenai peraihan nobel 2012?
Pertama, penghargaan nobel itu kan merupakan penghargaan terhadap orang yang berdedikasi dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Bagi kita yang bekerja sebagai peneliti maka itu merupakan hadiah utama yang ingin diraih oleh semua peneliti. Karena dia adalah puncaknya, peraihan yang diberikan oleh Alfred Nobel itu sangat diseleksi lebih bukan kepada kepintaran sang peneliti, karena pasti ilmuwan pintar-pintar, tetapi lebih kepada manfaat nya terhadap manusia atau dunia. Kedua pemenang nobel kimia itu memulai penelitiannya mengenai protein-G-reseptor sudah lama, Lefkowitz orang yang pertama kali menemukan dan Kobilka baru masuk menjadi anggota penelitian sekitar tahun 80-an.
Apa pendapat Anda mengenai hasil penelitian dua ilmuwan tersebut?
Hasil penelitian itu sangat penting ya karena protein G reseptor ini diduga sekarang berperan untuk kesehatan. Jadi, G reseptor ini sebagai penerima sinyal dari luar, sinyal apa pun. Kalau kita punya indera artinya kan kita menerima sinyal dari luar. Kalau mata menerima cahaya, kalau kulit menerima peraba, kemudia lidah itu dari perasa, hidung itu bau, jadi itu semua yang bekerja adalah protein G reseptor. Termasuk apabila kita merasa sakit atau alergi itu semua yang menerima G reseptor. Jadi jumlah itu semua ada banyak, ribuan. Tapi dia itu satu famili (keluarga) karena fungsinya memang untuk menerima sinyal dari luar. Nah, sekarang dikatakan sebagai obat itu bekerjanya karena dia menempel pada protein G reseptor. Jadi penelitian sebagai G reseptor yaitu bagaimana dia bekerja itu akan membentuk pekerjaan farmasi secara modern.
Jika berbicara mengenai obat-obatan apa hubungannya dengan bidang kimia?
Mengapa di kimia? Karena ia menelitinya secara molekuler. Walaupun hubungannya memang secara kesehatan tetapi dia melihatnya secara molekul. Dan kita kimia itu memang bekerja secara molekul, itu membuat adanya biokimia. Jadi biokimia itu adalah ilmu yangmempelajari senyawa-senyawa kimia yang ada di makhluk hidup seperti interaksi dan reaksinya.
Apakah hasil penelitian tersebut dapat diterapkan di Indonesia?
Bisa saja. Intinya adalah ilmunya yang sudah ada. Jadi orang-orang sekarang sudah tau mekanismenya seperti apa meskipun harus dipelajari terlebih dahulu.
Penelitian pada saat ini sudah mulai maju dan dari reseptor tersebut ada pengaruhnya dengan radioaktif. apakah ada efek saat menggunakan radioaktif?
Awalnya, pada tahun 1960-an teknologi yang paling baik untuk digunakan pada saat itu adalah radio. Jadi gini kalo kimia itu seperti detektif karena kita melacak dan tidak bisa melihat molekulnya yang kecil sekali. Radio itu berbeda dengan yang lain dia bisa di lacak. Namun, sekarang Kobilka sudah tidak lagi menggunakan hal itu, karena orang zaman sekarang sudah menghindari radiasi yang datang dari radio karena relative berbahaya dan memberika efek yang kurang baik. Walaupun ada pencegahannya.
Apakah radioaktif memiliki pengaruh besar?
Besar pada saat itu besar karena kita bisa melacak, tetapi sekarang kita telah memliki teknologi lain untuk melakukan itu dengan menggunakan florenseik.
Apa kegunaan G protein reseptor tersebut di dalam kimia?
Kimia itu luas. Jadi tidak bisa mengklasifikasikan kesehatan dan kimia. Dia mempelajari segala macam reaksi dan molekul. Biokimia itu sorang yang bekerja pada makhluk hidup. Pada saat kita bekerja pada makhluk hidup pasti akan berhubungan dengan kesehatan. Jadi kimia, biokimia, itu sangat berdekatan dengan kesehatan. Itu sebabnya di sini (ITB) terdapat mata kuliah pilihan biomedis.
Rangsangan seperti apa yang dapat diterima oleh reseptor ini?
Macam-macam. Seperti cahaya, bau, rasa, dan jika Anda tahu adrenalin. segala macam, jadi yang mendeteksi itu reseptor. Uniknya, yang mendeteksi cahaya di retina yang mendeteksi rasa di lidah itu G reseptor tetapi molekul nya berbeda. Sebetulnya reseptor itu memiliki bagian pengenal yang kita sebut dengan signal, kemudia bagian yang harusnya melakukan sesuatu. Jadi bentuknya sama, bagian yang menerimanya berbeda nanti di mengirimkan ke dalam nya berbeda-beda. Jadi, jika di dalam perusahaan reseptor ini bagaikan customer service nya. Dia di depan dan melalui pemilihan terlebih dahulu untuk sebelumnya masuk lagi ke dalam ruangan yang lain. Kira-kira seperti itulah sistemnya.
Pemenang nobel kebanyakan berasal dari bagian Amerika dan Eropa. Melihat daya saing negara maju tersebut, apa yang dibutuhkan ilmuwan kimia di Indonesia untuk dapat menandingi para ilmuwan tersebut?
Ehm.. sebetulnya orang Indonesia  jika kita melihat sumber daya, lab-lab besar dipenuhi oleh kimiawan Indonesia. Jadi banyak sekali lulusan di Indonesia khususnya di ITB lalu ia mendapatkan beasiswa berkesempatan di luar negeri dan bekerja di luar negeri. Sumber dayanya bagus dan digunakan tetapi dia tidak bisa membawa nama Indonesia. Untuk itu perlu kerjasama dengan banyak pihak karena jika ingin memulai penelititan kita membutuhkan dana yang banyak itu sudah pasti aehingga dananya pun dapat digunakan untuk membangun fasilitas juga. Sedangkan negara kita masih berkutat di bidang kesehatan dan lapangan pekerjaan tidak banyak, masih berputar-putar disitu ya. Jadi, kalau mengharapkan dana di alokasikan untuk penelitian mungkin nanti akan ada yang marah.
Sejauh ini adakah peran dari pemerintah Indonesia untuk membantu para ilmuwan?
Ada. Bahkan itu biasanya dananya secara umum berasal dari luar lebih tepatnya, seperti dari World Bank. Namun, sekarang dapat saya katakan sudah lebih baik walaupun tidak dapat membantu banyak.
Harapan Anda terhadap ilmuwan kimia di Indonesia?
Harapannya adalah pertama tidak cepat menyerah walaupun dengan segala keterbatasan yang ada di Indonesia. Kemudian lembaga yang ada di luat negeri                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  dapat dengan baik menjalin kerjasama dengan yang ada di luar negeri. Harus kita akui bahwa Indonesia memiliki sumber daya yang cukup baik dan hanya itu yang kita punya saat ini. Kalau kita tidak dapat melakukannya di dalem negeri maka kita melakukan kerja sama, sebagian kita memperlajari di dalam negeri dan apabila ada sesuatu yang tidak dapat maka akan dibawa keluat negeri.
Apa Anda memiliki ambisi untuk meraih nobel?
Ya, semua ilmuwan pasti memiliki keinginan untu memenangkan hadiah nobel tersebut. Mungkin kalo ditanya seberapa persen keinginannya masih tidak besar gitu ya karena saya masih berkecimpung disini(ITB) kecuali saya keluar dari Indonesia dan bekerja di salah satu lab.
Apakah ada penelitian yang sedang Anda teliti?
Saya sekarang sedang menekuni bioenergy, jadi bagaimana dapat mengganitikan bahan bakar ketika nantinya akan habis. Mudah-mudahan kita dapat berperan disitu menyelesaikan masalah bangsa terlebih dahulu dan menyelesaikan pemasalahan di dalam negeri baru pergi ke luar negeri. (Febianca Putri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar