Nobel yang biasanya
diterima oleh seorang tokoh atau sebuah organisasi, tahun ini terlihat berbeda
karena peraih nobel perdamaian 2012 adalah kesatuan negara Uni Eropa (UE) yang
mengakibatkan pro dan kontra dari berbagai pihak karena mereka merasa bahwa UE
tidak berhasil memakmurkan negara mereka sendiri dari krisis ekonomi
berkepanjangan yang mengakibatkan kekacauan sosial sehingga banyak perang yang
terjadi. Bahkan menurut Nigel Farage, pemimpin partai independen, Komite
Norwegia memberikan penghargaan nobel kepada UE hanya sebagai “rasa humor”
belaka karena UE telah menyebabkan kemiskinan dan pengangguran.
Lain halnya dengan Makmur
Keliat. “Krisis keuangan di Eropa jangan dibayangkan seperti krisis keuangan
yang dialami Indonesia pada tahun 1998. Kita itu tidak memiliki mekanisme
regional untuk mengatasi krisis itu sangat berbeda dengan Uni Eropa,” ujar
Makmur. Bertolak belakang dengan pendapat sebagian besar orang, Makmur justru
menganggap bahwa UE pantas pendapatkan penghargaan tersebut karena UE memiliki
banyak prestasi besar. Dan menurutnya, para peraih nobel bukan berarti mereka
telah bisa menghilangkan sebab-sebab terjadinya konflik kekerasan, melainkan
mereka melakukan sesuatu agar setidaknya kekerasan itu tidak terjadi.
Ditemui di Departemen Jurusan Hubungan Internasional (HI), Gedung Nusantara
II, Universitas Indonesia, Senin, 5 November 2012, pukul 13.00, Makmur Keliat,
salah satu dosen HI menuturkan pendapat-pendapat lainnya kepada saya selama 36
menit saat wawancara berlangsung seputar peraih nobel perdamaian 2012 dan apa
yang harus dilakukan oleh Indonesia bila ingin melebarkan sayapnya di ranah
nobel.
Nobel itu kan biasanya diberikan kepada tokoh
atau organisasi, tapi buat nobel perdamaian 2012 ini yang menerimanya itu
negara. Bagaimana
pendapat Bapak?
Ya wajar saja kalau yang dapat negara,
tidak masalah. Sebenarnya perdamaian itu definisinya bisa banyak, setidaknya
ada dua konsep perdamaian di Indonesia, yang pertama perdamaian dalam konteks
ketiadaan kekerasan. Yang kedua kesejahteraan, maknanya menghilangkan
sebab-sebab yang memunculkan konflik kekerasan. Dalam pengertian yang
pertama, indikatornya sangat jelas yaitu terhentinya konflik bersenjata.
Sementara dalam pengertian ke dua, perdamaian itu lebih luas, dilihat pada
sumber-sumber munculnya konflik bersenjata.
Uni Eropa
kan sedang mengalami krisis ekonomi yang mengakibatkan kekacauan sosial, tapi
ia memperoleh penghargaan nobel dan banyak yang tidak setuju dengan hal itu.
Bagaimana pendapat Bapak?
Prestasi
terbesar Uni Eropa sebenarnya adalah kawasan itu tidak pernah terlibat perang
di antara anggotanya dan tidak pernah ada konflik kekerasan yang derajat kecil
selama puluhan tahun terakhir. Saya kira, itu merupakan suatu prestasi yang
luar biasa. Kalau dilihat dalam konteks negative
piece (perdamaian negatif, tiadanya kekerasan), maka apa yang telah dicapai
oleh Uni Eropa sangat luar biasa. Berbeda dengan kasus kawasan Asia Selatan
antara India dengan Pakistan, kerja sama regional di Asia Selatan sangat
berbeda dengan Uni Eropa. Kita bisa melihat, ada konflik-konflik yang cukup
memakan korban. Demikian juga di Asia Tenggara, memang tidak ada konflik
bersenjata yang besar, namun ada kasus kekerasan, potensi kekerasan seperti
Malaysia dengan Indonesia. Kalau kita bandingkan dengan beberapa kawasan ini, maka
prestasi Uni Eropa itu luar biasa. Terkait dengan krisis ekonomi yang dihadapi
oleh Uni Eropa, saya kira tidak separah seperti yang dibayangkan. Jadi, krisis
keuangan di Eropa jangan dibayangkan seperti krisis keuangan yang dialami
Indonesia pada tahun 1998. Kita itu tidak memiliki mekanisme regional untuk
mengatasi krisis itu sangat berbeda dengan Uni Eropa. Uni Eropa jauh lebih baik
karena memiliki bank central Eropa, mereka memiliki mata uang tunggal, dan
ketika krisis terjadi, saya kira kesiapan mereka secara kelembagaan jauh lebih baik
dibandingkan dengan Asia ada tahun 1998. Jadi, krisis keuangan di Uni Eropa
tidak mengakibatkan kelaparan dan tidak terjadi pengangguran yang sangat luar
biasa.
Jadi,
bapak tidak setuju bila banyak yang menentang Uni Eropa menerima nobel
perdamaian dunia, tapi ia terkena krisis ekonomi?
Saya kira
krisis ekonomi itu sesuatu yang lebih merupakan gejala global.
Alasan
dipilihnya Uni Eropa sebagai peraih nobel karena menurut Komite Norwegia nobel
perdamaian itu untuk yang masih menyelesaikan masalahnya, bukan penyelesaian
masalahnya. Berarti para pemenang nobel itu belum tentu punya tindakan konkret
yang menunjukkan mereka berhasil melakukan perdamaian dunia?
Kalau
untuk Uni Eropa itu luar biasa, mereka percaya pada demokrasi, hak asasi
manusia dan salah satu yang hampir tidak terbantahkan, tidak ada anggota Uni
Eropa yang tidak berlandaskan pada penghormatan hak asasi manusia dan
demokrasi. Itu sebabnya Turki sampai sekarang tidak menjadi anggota Uni Eropa.
Aturan yang diberikan oleh Uni Eropa adalah karena masih ada persoalan
kekerasan di sana sehingga Uni Eropa merasa Turki belum layak untuk menjadi
anggota Uni Eropa walaupun negeri itu berdemokrasi.
Kriteria apa yang harus dipenuhi oleh
seseorang atau organisasi agar ia layak mendapatkan nobel perdamaian?
Saya kira dedikasi ya. Dedikasi itu you do something with the entire of your
heart. Seperti Palang Merah, itu kan dedikasi yang dilakukan tanpa pamrih
yang kadang membahayakan jiwanya sendiri. Bukan sesuatu yang dilakukan dengan
begitu mudah. Yang kedua, coba lakukan ketika orag mengatakan itu tidak
mungkin, dan yang ketiga itu dilakukan tanpa pamrih. Saya kira itu.
Kalau menurut bapak, apakah dengan
diberinya penghargaaan nobel, mereka membantu menyelesaikan masalah perdamaian
dunia tidak? Sebab ada penerima nobel seperti San Suu Kyi yang menggembar-gemborkan
masalah HAM di Myanmar, tapi ia sendiri menutup mata atas apa yang menimpa
Rohingya.
Begini, para peraih nobel itu bukan
berarti bahwa mereka bisa menghilangkan sebab-sebab terjadinya konflik
kekerasan, tapi mereka melakukan sesuatu agar setidaknya kekerasan itu tidak
terjadi, tapi tidak menghilangkan sebab-sebab kekerasan. Kan dua hal yang
berbeda to? Jusuf Kalla misalnya, kan
dianggap berperan penting untuk menghentikan kekerasan itu. Tapi dia bukan
orang yang bisa menghilangkan sebab-sebab munculnya kekerasan. Saya kira dua
hal yang harus dibedakan. Bukan berarti dia pemeraih nobel, jadi langsung
terjadi perdamaian. Tidak seperti itu.
Jadi, gunanya nobel perdamaian itu
utuk apa?
Untuk menunjukkan sesuatu itu masih
bisa dilakukan.
Bukan berarti bisa diatasi
Iya. Sebab-sebab orang melakukan
kekerasan kan banyak, karena masalah ekonomi, bisa masalah militer, bisa
masalah perdaulatan yang hadir bersama kita. Pemenang hadiah nobel bukan
berarti mereka bisa menghilangkan sebab-sebab itu, tetapi bagaimana membuat
sebab-sebab itu tidak muncul dalam suatu konflik kekerasan.
Menurut Bapak, nobel itu ada
kepentingan politiknya tidak?
Tentu saja ada. Biasanya pemenang
hadiah nobel itu untuk tokoh-tokoh yang memperomosikan deokrasi dengan hak
asasi manusia.
Kenapa hanya yang mempromosikan hak
asasi manusia dan...
Karena demokrasi dan hak asasi manusia
kan nilai-nilai yang mempromosikan anti kekerasan. Orang yang menjunjung tinggi
demokrasi dan hak asasi manusia pasti tidak akan mendukung penggunaan kekerasan
untuk mewujudkan perdamaian.
Faktor-faktor
apa yang memengaruhi perdamaian dunia?
Banyak
sekali, tapi secara umum, ada dua hal. Pertama, ketiadaan kekerasan, ada yang
menyebabkan kekerasan bisa dibawa pada dua hal, faktor-faktor militer dan
faktor-faktor nonmiliter. Faktor militer itu misalnya konflik teritorial yang
kemudian merujuk pada perebutan wilayah. Yang kedua, faktor nonmiliter,
misalnya perebutan sumber daya.
Hubungannya
masalah pangan dengan perdamaian dunia apa, Pak?
Konflik
sumber daya alam, yang non militer itu.
Gara-gara
pangan, bisa jadi perang ya, Pak?
Bisa
saja, tetapi sebenarnya banyak yang mengatakan bukan ketiadaan pangan yang
menyebabkan perang, tapi kemampuan orang untuk mendapatkan pangan itu yang
tidak ada. Misalnya begini, bisa terjadi orang tidak mendapatkan pangan yang
cukup di dalam suatu wilayah yang subur karena ia tidak mempunyai uang untuk
membelinya bukan karena pangannya tidak ada. Karena itu kemampuan daya belinya
yang harus dibuat
Ada
tidak, Pak hubungan antara kebebasan dengan kreatifitas?
Wah,
enggak tahu saya kalau itu.
Kita kan
sudah bebas dari penjajahan maupun dari orde baru tapi megapa kita malah tidak
berkembang? Tidak ada yang mendapatkan nobel?
Kita
tidak berkembang pesat, dibandingkan dengan masa saya dulu kalian ini
sebenarnya luar biasa kemajuan yang kalian alami. Cuma memang kalau
dibandingkan dengan pihak lain (negara maju) ya masih terus tertinggal, tapi
bukan berarti kalian tidak bergerak, kalian juga bergerak pesat sekali. Yang
menjadi masalah di kita sumber daya manusianya, di beberapa wilayah itu ada
yang sangat tertinggal. Jadi sumber daya manusia harus lebih dipromosikan agar
kita bisa mencapai kinerja ekonomi yang bagus. Tidak ada perkembangan teknologi yang baik kalau sumber
dayanya tidak baik. Namun, membangun sumber daya itu tidak bisa cepat.
Jadi, apa yang harus dilakukan oleh
Indonesia?
Pendidikan.
Peningkatan kualitas pendidikan, jadi tidak hanya sekadar lulus SD, tapi juga
terus berlangsung sampai ke universitas.
Tapi,
tingkat keinginan generasi muda akan kuliah itu tidak tinggi, Pak...
Enggak.
Enggak. Saya tahu benar, kalian ini tinggi minat sekolahnya.
Tapi,
rata-rata itu bila ditanya, pasti lebih memilih untuk kerja daripada...
Ya, tapi
kan itu hasil dari pendidikan, harusnya begitu, bukan berarti anak SD harus
kerja. Jadi, sebaiknya memang harus mendapatkan pendidikan di atas SMA. Kalau
tidak, ya mau gimana?. Sudah itu, sebelum dia masuk SD, mungkin gizinya kurang
waktu dia masih balita kalau gizinya kurang waktu balita itu, ya dampaknya nanti
15-20 tahun mendatang, enggak bisa lama mikir dia. Kalau sudah mikir itu ngantuk dia macam saya. Ha ha ha.
Berarti
pendidikan dan nilai gizi dulu yang harus diperbaiki?
Yaiya
kan, itu kan uang keluar. Yang namanya pembangunan manusia baru akan dipetik
keuntungannya setelah 15-20 tahun dan selama 15-20 tahun itu dia kan sekolah
terus, uang keluar terus, saya kira itu yang menjadi masalah kita.
Menurut Bapak, ada tidak kemungkinan
Indonesia memperoleh nobel perdamaian 5 atau 10 tahun ke depan? Sedangkan
generasi muda kita ini, ya suka banyak yang tawuran. Itu bagaimana?
Ya itu menjadi tantangan kita. Tapi
kalau dilihat secara normal, itu tidak mungkin, kecuali kalau ada sesuatu yang
sangat berkembang.
Menurut Bapak, kira-kira kapan kita
bisa memperoleh nobel bila dilihat dari kondisi Indonesia seperti ini?
Ya enggak tahu. Kau kira saya ini
Tuhan. Ha ha ha.
Menurut Bapak, ada tidak tokoh di
Indonesia yang pantas untuk memperoleh penghargaan nobel perdamaian?
Tidak, tidak ada.
Tidak ada? Kenapa memang, Pak?
Ya harus dapat “nobel” dulu dari
Indonesia.
Bapak itu kan sering membahas tentang neoliberalisme.
Apakah ada kaitannya dengan perdamaian
dunia?
Sekarang
masalah terbesar itu karena pasar itu sangat kuat, semua orang kalau bisa
berbisnis semua dihitung berdasarkan untung-rugi. Kadang ada dalam kehidupan
itu tidak untung-rugi, seperti kesetiaan, itu kan bukan sesuatu yang tidak
harus dibuat berdasarkan untung-rugi, kemudian sikap patriotik. Jadi, ada
beberapa hal yang tidak bisa dibisniskan, seperti kesetiaan, cinta, rasa
sayang, pengabdian.
Selaku
dosen, apa yang sudah bapak lakukan untuk ikut serta menciptakan perdamaian
dunia?
Saya
pikir mulai saja dari hal yang terkecil, dari keluarga. Tidak boleh ada
kekerasan.
Dari
pengajaran Bapak menjadi dosen?
Ya mengajarkan
bahwa tidak mudah untuk menciptakan perdamaian. Hal yang paling penting
perdamaian itu harus dipahami dari proses dialog dan menyelesaikan semua
perbedaan itu melalui perundingan kalau bisa dan jalan-jalan demokratis. (Dina Aqmarina Y)