Jumat, 09 November 2012

Drs. Makmur Keliat Ph. D: Ya Harus Dapat ‘Nobel’ Dulu Dari Indonesia



Nobel yang biasanya diterima oleh seorang tokoh atau sebuah organisasi, tahun ini terlihat berbeda karena peraih nobel perdamaian 2012 adalah kesatuan negara Uni Eropa (UE) yang mengakibatkan pro dan kontra dari berbagai pihak karena mereka merasa bahwa UE tidak berhasil memakmurkan negara mereka sendiri dari krisis ekonomi berkepanjangan yang mengakibatkan kekacauan sosial sehingga banyak perang yang terjadi. Bahkan menurut Nigel Farage, pemimpin partai independen, Komite Norwegia memberikan penghargaan nobel kepada UE hanya sebagai “rasa humor” belaka karena UE telah menyebabkan kemiskinan dan pengangguran.
Lain halnya dengan Makmur Keliat. “Krisis keuangan di Eropa jangan dibayangkan seperti krisis keuangan yang dialami Indonesia pada tahun 1998. Kita itu tidak memiliki mekanisme regional untuk mengatasi krisis itu sangat berbeda dengan Uni Eropa,” ujar Makmur. Bertolak belakang dengan pendapat sebagian besar orang, Makmur justru menganggap bahwa UE pantas pendapatkan penghargaan tersebut karena UE memiliki banyak prestasi besar. Dan menurutnya, para peraih nobel bukan berarti mereka telah bisa menghilangkan sebab-sebab terjadinya konflik kekerasan, melainkan mereka melakukan sesuatu agar setidaknya kekerasan itu tidak terjadi.
Ditemui di Departemen Jurusan Hubungan Internasional (HI), Gedung Nusantara II, Universitas Indonesia, Senin, 5 November 2012, pukul 13.00, Makmur Keliat, salah satu dosen HI menuturkan pendapat-pendapat lainnya kepada saya selama 36 menit saat wawancara berlangsung seputar peraih nobel perdamaian 2012 dan apa yang harus dilakukan oleh Indonesia bila ingin melebarkan sayapnya di ranah nobel.



 Nobel itu kan biasanya diberikan kepada tokoh atau organisasi, tapi buat nobel perdamaian 2012 ini yang menerimanya itu negara. Bagaimana pendapat Bapak?
Ya wajar saja kalau yang dapat negara, tidak masalah. Sebenarnya perdamaian itu definisinya bisa banyak, setidaknya ada dua konsep perdamaian di Indonesia, yang pertama perdamaian dalam konteks ketiadaan kekerasan. Yang kedua kesejahteraan, maknanya menghilangkan sebab-sebab yang memunculkan konflik kekerasan. Dalam pengertian yang pertama, indikatornya sangat jelas yaitu terhentinya konflik bersenjata. Sementara dalam pengertian ke dua, perdamaian itu lebih luas, dilihat pada sumber-sumber munculnya konflik bersenjata.
Uni Eropa kan sedang mengalami krisis ekonomi yang mengakibatkan kekacauan sosial, tapi ia memperoleh penghargaan nobel dan banyak yang tidak setuju dengan hal itu. Bagaimana pendapat Bapak?
Prestasi terbesar Uni Eropa sebenarnya adalah kawasan itu tidak pernah terlibat perang di antara anggotanya dan tidak pernah ada konflik kekerasan yang derajat kecil selama puluhan tahun terakhir. Saya kira, itu merupakan suatu prestasi yang luar biasa. Kalau dilihat dalam konteks negative piece (perdamaian negatif, tiadanya kekerasan), maka apa yang telah dicapai oleh Uni Eropa sangat luar biasa. Berbeda dengan kasus kawasan Asia Selatan antara India dengan Pakistan, kerja sama regional di Asia Selatan sangat berbeda dengan Uni Eropa. Kita bisa melihat, ada konflik-konflik yang cukup memakan korban. Demikian juga di Asia Tenggara, memang tidak ada konflik bersenjata yang besar, namun ada kasus kekerasan, potensi kekerasan seperti Malaysia dengan Indonesia. Kalau kita bandingkan dengan beberapa kawasan ini, maka prestasi Uni Eropa itu luar biasa. Terkait dengan krisis ekonomi yang dihadapi oleh Uni Eropa, saya kira tidak separah seperti yang dibayangkan. Jadi, krisis keuangan di Eropa jangan dibayangkan seperti krisis keuangan yang dialami Indonesia pada tahun 1998. Kita itu tidak memiliki mekanisme regional untuk mengatasi krisis itu sangat berbeda dengan Uni Eropa. Uni Eropa jauh lebih baik karena memiliki bank central Eropa, mereka memiliki mata uang tunggal, dan ketika krisis terjadi, saya kira kesiapan mereka secara kelembagaan jauh lebih baik dibandingkan dengan Asia ada tahun 1998. Jadi, krisis keuangan di Uni Eropa tidak mengakibatkan kelaparan dan tidak terjadi pengangguran yang sangat luar biasa.
Jadi, bapak tidak setuju bila banyak yang menentang Uni Eropa menerima nobel perdamaian dunia, tapi ia terkena krisis ekonomi?
Saya kira krisis ekonomi itu sesuatu yang lebih merupakan gejala global.
Alasan dipilihnya Uni Eropa sebagai peraih nobel karena menurut Komite Norwegia nobel perdamaian itu untuk yang masih menyelesaikan masalahnya, bukan penyelesaian masalahnya. Berarti para pemenang nobel itu belum tentu punya tindakan konkret yang menunjukkan mereka berhasil melakukan perdamaian dunia?
Kalau untuk Uni Eropa itu luar biasa, mereka percaya pada demokrasi, hak asasi manusia dan salah satu yang hampir tidak terbantahkan, tidak ada anggota Uni Eropa yang tidak berlandaskan pada penghormatan hak asasi manusia dan demokrasi. Itu sebabnya Turki sampai sekarang tidak menjadi anggota Uni Eropa. Aturan yang diberikan oleh Uni Eropa adalah karena masih ada persoalan kekerasan di sana sehingga Uni Eropa merasa Turki belum layak untuk menjadi anggota Uni Eropa walaupun negeri itu berdemokrasi.
Kriteria apa yang harus dipenuhi oleh seseorang atau organisasi agar ia layak mendapatkan nobel perdamaian?
Saya kira dedikasi ya. Dedikasi itu you do something with the entire of your heart. Seperti Palang Merah, itu kan dedikasi yang dilakukan tanpa pamrih yang kadang membahayakan jiwanya sendiri. Bukan sesuatu yang dilakukan dengan begitu mudah. Yang kedua, coba lakukan ketika orag mengatakan itu tidak mungkin, dan yang ketiga itu dilakukan tanpa pamrih. Saya kira itu.
Kalau menurut bapak, apakah dengan diberinya penghargaaan nobel, mereka membantu menyelesaikan masalah perdamaian dunia tidak? Sebab ada penerima nobel seperti San Suu Kyi yang menggembar-gemborkan masalah HAM di Myanmar, tapi ia sendiri menutup mata atas apa yang menimpa Rohingya.
Begini, para peraih nobel itu bukan berarti bahwa mereka bisa menghilangkan sebab-sebab terjadinya konflik kekerasan, tapi mereka melakukan sesuatu agar setidaknya kekerasan itu tidak terjadi, tapi tidak menghilangkan sebab-sebab kekerasan. Kan dua hal yang berbeda to? Jusuf Kalla misalnya, kan dianggap berperan penting untuk menghentikan kekerasan itu. Tapi dia bukan orang yang bisa menghilangkan sebab-sebab munculnya kekerasan. Saya kira dua hal yang harus dibedakan. Bukan berarti dia pemeraih nobel, jadi langsung terjadi perdamaian. Tidak seperti itu.
Jadi, gunanya nobel perdamaian itu utuk apa?
Untuk menunjukkan sesuatu itu masih bisa dilakukan.
Bukan berarti bisa diatasi
Iya. Sebab-sebab orang melakukan kekerasan kan banyak, karena masalah ekonomi, bisa masalah militer, bisa masalah perdaulatan yang hadir bersama kita. Pemenang hadiah nobel bukan berarti mereka bisa menghilangkan sebab-sebab itu, tetapi bagaimana membuat sebab-sebab itu tidak muncul dalam suatu konflik kekerasan.
Menurut Bapak, nobel itu ada kepentingan politiknya tidak?
Tentu saja ada. Biasanya pemenang hadiah nobel itu untuk tokoh-tokoh yang memperomosikan deokrasi dengan hak asasi manusia.
Kenapa hanya yang mempromosikan hak asasi manusia dan...
Karena demokrasi dan hak asasi manusia kan nilai-nilai yang mempromosikan anti kekerasan. Orang yang menjunjung tinggi demokrasi dan hak asasi manusia pasti tidak akan mendukung penggunaan kekerasan untuk mewujudkan perdamaian.
Faktor-faktor apa yang memengaruhi perdamaian dunia?
Banyak sekali, tapi secara umum, ada dua hal. Pertama, ketiadaan kekerasan, ada yang menyebabkan kekerasan bisa dibawa pada dua hal, faktor-faktor militer dan faktor-faktor nonmiliter. Faktor militer itu misalnya konflik teritorial yang kemudian merujuk pada perebutan wilayah. Yang kedua, faktor nonmiliter, misalnya perebutan sumber daya.
Hubungannya masalah pangan dengan perdamaian dunia apa, Pak?
Konflik sumber daya alam, yang non militer itu.
Gara-gara pangan, bisa jadi perang ya, Pak?
Bisa saja, tetapi sebenarnya banyak yang mengatakan bukan ketiadaan pangan yang menyebabkan perang, tapi kemampuan orang untuk mendapatkan pangan itu yang tidak ada. Misalnya begini, bisa terjadi orang tidak mendapatkan pangan yang cukup di dalam suatu wilayah yang subur karena ia tidak mempunyai uang untuk membelinya bukan karena pangannya tidak ada. Karena itu kemampuan daya belinya yang harus dibuat
Ada tidak, Pak hubungan antara kebebasan dengan kreatifitas?
Wah, enggak tahu saya kalau itu.
Kita kan sudah bebas dari penjajahan maupun dari orde baru tapi megapa kita malah tidak berkembang? Tidak ada yang mendapatkan nobel?
Kita tidak berkembang pesat, dibandingkan dengan masa saya dulu kalian ini sebenarnya luar biasa kemajuan yang kalian alami. Cuma memang kalau dibandingkan dengan pihak lain (negara maju) ya masih terus tertinggal, tapi bukan berarti kalian tidak bergerak, kalian juga bergerak pesat sekali. Yang menjadi masalah di kita sumber daya manusianya, di beberapa wilayah itu ada yang sangat tertinggal. Jadi sumber daya manusia harus lebih dipromosikan agar kita bisa mencapai kinerja ekonomi yang bagus. Tidak ada perkembangan teknologi yang baik kalau sumber dayanya tidak baik. Namun, membangun sumber daya itu tidak bisa cepat.
Jadi, apa yang harus dilakukan oleh Indonesia?
Pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan, jadi tidak hanya sekadar lulus SD, tapi juga terus berlangsung sampai ke universitas.
Tapi, tingkat keinginan generasi muda akan kuliah itu tidak tinggi, Pak...
Enggak. Enggak. Saya tahu benar, kalian ini tinggi minat sekolahnya.
Tapi, rata-rata itu bila ditanya, pasti lebih memilih untuk kerja daripada...
Ya, tapi kan itu hasil dari pendidikan, harusnya begitu, bukan berarti anak SD harus kerja. Jadi, sebaiknya memang harus mendapatkan pendidikan di atas SMA. Kalau tidak, ya mau gimana?. Sudah itu, sebelum dia masuk SD, mungkin gizinya kurang waktu dia masih balita kalau gizinya kurang waktu balita itu, ya dampaknya nanti 15-20 tahun mendatang, enggak bisa lama mikir dia. Kalau sudah mikir itu ngantuk dia macam saya. Ha ha ha.
Berarti pendidikan dan nilai gizi dulu yang harus diperbaiki?
Yaiya kan, itu kan uang keluar. Yang namanya pembangunan manusia baru akan dipetik keuntungannya setelah 15-20 tahun dan selama 15-20 tahun itu dia kan sekolah terus, uang keluar terus, saya kira itu yang menjadi masalah kita.
Menurut Bapak, ada tidak kemungkinan Indonesia memperoleh nobel perdamaian 5 atau 10 tahun ke depan? Sedangkan generasi muda kita ini, ya suka banyak yang tawuran. Itu bagaimana?
Ya itu menjadi tantangan kita. Tapi kalau dilihat secara normal, itu tidak mungkin, kecuali kalau ada sesuatu yang sangat berkembang.
Menurut Bapak, kira-kira kapan kita bisa memperoleh nobel bila dilihat dari kondisi Indonesia seperti ini?
Ya enggak tahu. Kau kira saya ini Tuhan. Ha ha ha.
Menurut Bapak, ada tidak tokoh di Indonesia yang pantas untuk memperoleh penghargaan nobel perdamaian?
Tidak, tidak ada.
Tidak ada? Kenapa memang, Pak?
Ya harus dapat “nobel” dulu dari Indonesia.
Bapak itu kan sering membahas tentang neoliberalisme. Apakah ada kaitannya dengan perdamaian dunia?
Sekarang masalah terbesar itu karena pasar itu sangat kuat, semua orang kalau bisa berbisnis semua dihitung berdasarkan untung-rugi. Kadang ada dalam kehidupan itu tidak untung-rugi, seperti kesetiaan, itu kan bukan sesuatu yang tidak harus dibuat berdasarkan untung-rugi, kemudian sikap patriotik. Jadi, ada beberapa hal yang tidak bisa dibisniskan, seperti kesetiaan, cinta, rasa sayang, pengabdian.
Selaku dosen, apa yang sudah bapak lakukan untuk ikut serta menciptakan perdamaian dunia?
Saya pikir mulai saja dari hal yang terkecil, dari keluarga. Tidak boleh ada kekerasan.
Dari pengajaran Bapak menjadi dosen?
Ya mengajarkan bahwa tidak mudah untuk menciptakan perdamaian. Hal yang paling penting perdamaian itu harus dipahami dari proses dialog dan menyelesaikan semua perbedaan itu melalui perundingan kalau bisa dan jalan-jalan demokratis. (Dina Aqmarina Y)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar